Drama Baru! Senyum Yang Membuka Langit

Hujan jatuh di atas makam kakek Li, desir lembutnya menari di antara batu nisan yang dingin. Di bawah naungan payung usang, A Mei berdiri, bahunya bergetar bukan hanya karena angin musim gugur, tapi juga karena sesuatu yang tak kasat mata, sesuatu yang BERAT. Lima tahun sudah berlalu sejak kepergiannya, lima tahun yang dipenuhi bayangan, bisikan, dan sebuah rahasia yang menggerogoti hatinya.

Kakek Li, semasa hidupnya, adalah seorang kaligrafer terkemuka. Tangannya melahirkan aksara yang HIDUP, goresan kuasnya mampu membangkitkan gunung dan sungai dalam selembar kertas. Namun, di akhir hayatnya, senyumnya membeku, digantikan oleh kerutan yang tak pernah bisa dijelaskan. Ia pergi dengan kata-kata yang tertahan di tenggorokan, dengan pandangan mata yang menyimpan KECEMASAN abadi.

A Mei, cucu kesayangannya, merasakan kehadiran Kakek Li. Bukan sebagai mimpi, bukan sebagai ilusi, tapi sebagai roh yang HINGGAP di sekitarnya. Bayangan yang memanjang di sudut ruangan, suara langkah kaki di tengah malam, harum tinta dan kertas yang tiba-tiba menyeruak di udara – semua itu adalah tanda bahwa Kakek Li belum tenang, bahwa ada sesuatu yang BELUM selesai.

Awalnya, A Mei ketakutan. Ia menghindar, mencoba menyangkal. Tapi aroma dupa di kuil tua, gumaman para biksu, dan cerita-cerita hantu yang didengarnya sejak kecil, membuatnya sadar: ia adalah satu-satunya yang bisa membantu Kakek Li menemukan kedamaian.

Maka, dimulailah perjalanannya. A Mei menelusuri jejak-jejak Kakek Li, mengunjungi tempat-tempat favoritnya, membaca kembali surat-surat lamanya. Ia mencoba mencari tahu apa yang mengganggu arwah kakeknya. Apakah dendam? Apakah harta tersembunyi? Atau hutang yang belum terbayar?

Setiap malam, A Mei bermimpi. Mimpi-mimpi aneh, potongan-potongan adegan yang tak masuk akal. Dalam satu mimpi, ia melihat Kakek Li menulis kaligrafi di tengah badai, keringat dan air hujan membasahi wajahnya. Di mimpi lain, ia melihat Kakek Li berdebat sengit dengan seorang pria berpakaian hitam, raut wajahnya penuh KEPUTUSASAAN.

Pencarian itu membawanya ke sebuah gubuk tua di pinggiran kota. Gubuk itu reyot dan berdebu, dipenuhi dengan tumpukan kertas dan kuas yang berkarat. Di sanalah, di bawah lantai kayu yang lapuk, A Mei menemukan sebuah kotak kayu kecil. Di dalamnya terdapat sebuah lukisan kuno, lukisan seorang wanita cantik dengan senyum misterius. Di belakang lukisan itu, tertulis sebuah nama: Lian Hua.

Lian Hua… nama itu bagaikan kunci yang membuka pintu menuju masa lalu. A Mei mencari tahu tentang Lian Hua, dan menemukan bahwa ia adalah seorang pelukis terkenal di era sebelum perang. Lian Hua dan Kakek Li pernah menjalin hubungan asmara, sebuah cinta yang terlarang dan tragis.

Ternyata, Kakek Li telah berjanji untuk melukis potret Lian Hua, potret yang akan mengabadikan kecantikannya untuk selamanya. Namun, sebelum lukisan itu selesai, Lian Hua meninggal karena sakit. Kakek Li, diliputi kesedihan dan rasa bersalah, menyimpan lukisan itu rapat-rapat, tak berani menunjukkannya kepada siapa pun.

Rasa bersalah itulah yang menghantuinya. Bukan dendam, bukan harta, tapi rasa bersalah karena telah mengingkari janji kepada wanita yang dicintainya.

A Mei membawa lukisan itu ke makam Lian Hua. Di bawah langit senja yang berwarna jingga, ia meletakkan lukisan itu di atas nisan. Ia membisikkan kata-kata maaf, bukan dari dirinya sendiri, tapi dari Kakek Li.

Tiba-tiba, angin bertiup kencang. Daun-daun berguguran dari pohon-pohon tua, membentuk pusaran di udara. A Mei merasakan kehadiran Kakek Li di dekatnya, LEBIH dekat dari sebelumnya. Ia melihat bayangan Kakek Li berdiri di sampingnya, menatap lukisan Lian Hua dengan tatapan PENUH penyesalan.

Kemudian, sesuatu yang A Mei tidak pernah duga terjadi. Bayangan Kakek Li perlahan-lahan menghilang, menyatu dengan angin dan cahaya. Di saat yang bersamaan, A Mei merasakan kedamaian yang luar biasa. Kedamaian yang menenangkan jiwanya, kedamaian yang akhirnya membebaskan Kakek Li dari beban masa lalunya.

Arwah itu baru saja tersenyum untuk terakhir kalinya…

You Might Also Like: Bikin Penasaran Kau Mati Di Sisiku Tapi

Post a Comment