TOP! Ratu Yang Menyembunyikan Luka Di Balik Senyum


Ratu Lianhua, bagai anggrek bulan di tengah taman kekaisaran, selalu memancarkan keindahan. Senyumnya, secerah mentari pagi, menyembunyikan badai yang bergemuruh di dalam hatinya. Tak ada yang tahu, mahkota yang bertengger anggun di kepalanya adalah duri yang menusuk-nusuk tanpa ampun.

Dulu, hatinya dipenuhi cinta untuk Kaisar, Zhu Long. Cinta yang TULUS, sehangat musim semi. Namun, musim semi itu layu, berganti musim dingin yang membekukan jiwa. Kaisar, dengan janji-janji gombal yang kini terasa seperti belati berkarat, lebih memilih selir-selir muda dengan kecantikan semu.

Pelukannya, yang dulu terasa bagai perlindungan, kini terasa beracun. Kata-katanya, yang dulu bagai madu, kini terdengar seperti gema kosong di ruang hampa. Ratu Lianhua, yang dulu hidup dalam dunia mimpi, terbangun dalam kenyataan pahit pengkhianatan.

Namun, Lianhua adalah Ratu. Ia tidak akan merendahkan dirinya dengan air mata atau amukan. Ia belajar menyembunyikan luka di balik senyum sempurna, kesedihan di balik tatapan mata yang jernih. Ia terus menari dalam irama istana, anggun dan BERWIBAWA, seolah tak ada yang berubah.

Setiap malam, di kamarnya yang sunyi, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Melihat bukan hanya ratu yang tegar, tapi juga wanita yang hancur berkeping-keping. Ia merangkai strategi, bukan untuk menumpahkan darah, tapi untuk menabur benih penyesalan.

Ia menggunakan kecerdasannya, kekuasaannya, dan pengetahuannya tentang intrik istana untuk menjatuhkan orang-orang yang telah mengkhianatinya. Bukan dengan pedang, tapi dengan kata-kata yang menusuk, dengan rencana yang terukur, dengan bisikan yang mematikan.

Selir-selir itu, satu per satu, jatuh dalam perangkapnya. Kaisar, yang terlena dalam kesenangan sesaat, mulai merasakan dinginnya kesepian. Lianhua tidak merebut tahta, tidak merebut nyawa. Ia merebut hati Kaisar, menghancurkannya, lalu meninggalkannya hancur berantakan.

Ketika Kaisar akhirnya menyadari betapa berharganya Lianhua, betapa bodohnya ia telah menyia-nyiakannya, Ratu hanya tersenyum tipis. Senyum yang tak lagi menyimpan cinta, hanya kepuasan dingin.

"Maafkan aku, Lianhua," bisik Kaisar, suaranya parau.

Lianhua mengangkat tangannya, menyentuh pipi Kaisar dengan lembut, lalu berbisik, "Terlambat, Yang Mulia."

Ia berbalik, meninggalkan Kaisar yang terpaku dalam penyesalan abadi. Kemenangannya terasa MANIS, tapi juga PAHIT. Ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, tapi dengan harga yang sangat mahal. Hatinya telah menjadi es.

Di taman kekaisaran, di bawah sinar bulan yang pucat, Ratu Lianhua berdiri sendiri. Anggrek bulan itu tetap indah, tetap anggun, tapi aromanya telah berubah. Aromanya kini adalah aroma penyesalan.

Cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama, dan kadang… sulit membedakan keduanya.

You Might Also Like: Distributor Kosmetik Supplier Kosmetik

OlderNewest

Post a Comment