Kisah Populer: Langit Yang Menyaksikan Dosa Kaisar

Rintik hujan membasahi genting istana. Di gubuk reyot, Lu Xiulan – gadis desa berumur tujuh belas tahun – mendongak. Matanya yang jernih memantulkan langit mendung. Ia tak tahu mengapa, tapi setiap tetes hujan terasa seperti air mata, air mata yang familiar.

Sejak kecil, Xiulan dihantui mimpi. Mimpi tentang istana megah, tentang pertempuran berdarah, dan seorang pria berwajah tampan namun kejam yang duduk di singgasana naga. Pria itu selalu memanggilnya "Aisling," nama yang asing di telinganya.

Dunia barunya sederhana. Menanam sayur, menjahit kain, membantu ibunya di pasar. Tapi di balik kesederhanaan itu, ada ingatan fragmentaris yang mencuat tanpa bisa dicegah. Aroma dupa dari upacara kerajaan, suara pedang beradu, tatapan dingin seorang kaisar.

Suatu hari, rombongan pedagang kaya melintas desanya. Salah seorang dari mereka, pria paruh baya berwajah pucat dengan jubah sutra ungu, menarik perhatian Xiulan. Ada sesuatu yang sangat ia kenali dari pria itu, sesuatu yang membuatnya mual. Instingnya berteriak.

"Siapa dia?" tanya Xiulan pada ibunya, suaranya bergetar.

"Tuan Zhao, pedagang dari ibukota. Orang yang sangat berpengaruh," jawab ibunya, sedikit waspada.

Zhao. Nama itu bagaikan anak panah yang menancap di hatinya. Ingatan pun membanjir. Aisling. Ia Aisling, selir kesayangan Kaisar Longwei. Zhao… Zhao, panglima kepercayaan Longwei, sahabat yang menusuk dari belakang.

Racun. Kata itu berputar di benaknya. Zhao telah meracuni Aisling atas perintah Longwei. Longwei, yang mencintai Aisling namun lebih mencintai kekuasaan. Longwei, kaisar yang berdosa, yang kini menjadi bayangan dalam mimpinya.

Xiulan tahu, balas dendam tidak akan mengembalikan nyawanya. Tapi ia bisa mengubah masa depan. Zhao ingin membangun pabrik sutra di desanya. Pabrik yang akan menghancurkan lahan pertanian dan memiskinkan penduduk. Xiulan, dengan ingatan seorang selir kerajaan dan kecerdasan seorang petani, mulai menyusun rencana.

Ia menggunakan pengetahuannya tentang sutra, yang ia pelajari dari Aisling, untuk mengungguli Zhao dalam negosiasi. Ia meyakinkan para petani untuk menolak tawaran Zhao, menawarkan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan. Zhao marah, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya, Zhao pergi, kalah. Desa Xiulan selamat. Ia tidak membalas dendam secara langsung. Ia hanya membuat pilihan yang akan mengubah takdir Zhao, takdir desanya, dan mungkin, takdir kekaisaran.

Di malam hari, Xiulan kembali menatap langit. Bulan bersinar perak, menerangi wajahnya yang tenang. Ia merasakan kehadiran Longwei, masih terikat padanya setelah ribuan tahun.

Janji itu belum lunas, Kaisar.

You Might Also Like: Jualan Kosmetik Reseller Dropship Kota

OlderNewest

Post a Comment