FULL DRAMA! Aku Menandatangani Dokumen Perpisahan, Tapi Hatiku Menolak Menulis Tanda Tangan

Aku Menandatangani Dokumen Perpisahan, Tapi Hatiku Menolak Menulis Tanda Tangan

Bagian I: Lentera di Bawah Air

Di dunia manusia, di sebuah desa yang dikelilingi kabut abadi, aku, Lin Yue, berdiri di hadapan meja kayu tua. Di atasnya tergeletak dokumen perpisahan. Kata-katanya tajam seperti pecahan kaca, merobek setiap harapan yang pernah kurajut bersama Bai Lian, kekasihku. Tanganku gemetar. Tinta hitam mengancam tumpah, seperti air mata yang enggan jatuh.

Aku harus melakukannya.

Tapi pena itu terasa berat. Hatiku berteriak. Setiap serat tubuhku menolak. Bai Lian, seorang cendekiawan tampan dengan mata sebiru langit musim semi, mencintaiku. Atau… begitulah yang kukira.

Di luar, lampion-lampion terapung di sungai. Bukan lampion biasa. Mereka menyala DI BAWAH AIR, cahayanya menembus kegelapan sungai bagai bintang-bintang yang tersesat. Konon, lampion itu membawa jiwa-jiwa yang belum menemukan kedamaian.

Malam itu, bayanganku sendiri berbicara. "Lin Yue, tinta itu adalah racun. Tanda tanganmu adalah kematianmu." Suaranya berbisik dari balik dinding, dingin dan asing. Aku terkejut. Apakah aku gila? Atau… apakah ini dunia roh yang selama ini hanya kuceritakan dalam dongeng pengantar tidur?

Bagian II: Bulan yang Mengingat Nama

Ketika aku jatuh pingsan, aku terbangun di dunia lain. Dunia Zhuque – dunia roh yang dipenuhi hutan abadi dan sungai berkilauan. Di sini, bulan bukan sekadar bola bercahaya. Ia mengingat nama. Ia bernyanyi tentang masa lalu, tentang tragedi yang terlupakan.

Aku bertemu seorang wanita bernama Xiulan, seorang shaman dengan kekuatan yang menakjubkan. Dia menjelaskan: kematianku di dunia manusia bukanlah akhir. Itu adalah AWAL. Aku adalah reinkarnasi dari seorang dewi yang terkhianati, dan Bai Lian…

"Bai Lian adalah Pangeran Kegelapan," kata Xiulan dengan nada pahit. "Dialah yang memerintahkan kematianmu di kehidupanmu sebelumnya. Dia mencintaimu dengan cara yang merusak."

Aku tidak percaya. Bai Lian? Pangeran Kegelapan? Lelaki yang kutuliskan setiap baris puisi hanya untuknya?

Di sini, di Zhuque, aku menemukan bahwa setiap bayangan memiliki kehidupan sendiri. Mereka menyimpan rahasia, mereka membisikkan kebenaran yang disembunyikan di balik senyuman. Bayanganku sendiri menunjukkan padaku pengkhianatan Bai Lian di kehidupan lampau, sumpah-sumpah palsu yang diucapkannya di bawah bulan yang sama yang sekarang menerangi jalanku.

Bagian III: Rahasia Terungkap

Aku belajar bertarung, aku mengendalikan kekuatan dewi dalam diriku. Aku mengumpulkan sekutu: para roh hutan yang setia, para prajurit bayangan yang tak kenal takut. Aku akan menghadapi Bai Lian.

Konfrontasi itu terjadi di sebuah kuil yang terlupakan, di bawah gerhana matahari. Bai Lian muncul, tampan seperti dewa, namun matanya menyimpan kegelapan yang tak terhingga.

"Lin Yue," bisiknya. "Kau kembali padaku."

"Aku tidak akan pernah menjadi milikmu," jawabku, suaraku bergemuruh dengan kekuatan. "Aku tahu kebenaran. Aku tahu siapa kau sebenarnya."

Dia tertawa. "Kebohongan para dewa? Mereka hanya ingin memisahkan kita."

Pertarungan pun dimulai. Sihir saling berbenturan, langit terbelah. Aku melihat kilasan masa lalu: Bai Lian, bersumpah cinta abadi padaku di kehidupan sebelumnya, lalu menikamku dari belakang. Aku melihatnya memanipulasi takdir, menggunakan cintanya padaku sebagai senjata.

Tapi, ada yang berbeda.

Di tengah pertarungan, aku melihat sosok lain: seorang pemuda dengan rambut seputih salju, dengan mata selembut cahaya bulan. Dia adalah penjaga hatiku di kehidupan lampau, pelindungku yang setia. Dia mencintaiku tanpa syarat, tanpa mengharapkan balasan. Dialah yang sesungguhnya mencintaiku.

Dia mengorbankan dirinya untuk melindungiku, membuyarkan mantra Bai Lian. Mata Bai Lian menunjukkan sedikit penyesalan, tetapi sudah terlambat.

Bai Lian dikalahkan. Tapi kemenangan terasa pahit. Aku kehilangan penjaga hatiku.

Akhir yang Menggantung

Dunia roh kembali damai. Aku kembali ke dunia manusia, membawa serta kenangan pahit dan kekuatan baru. Aku melihat lampion-lampion di bawah air, kini lebih terang dari sebelumnya. Aku tahu aku harus melepaskan.

Aku mengambil dokumen perpisahan itu. Kali ini, hatiku tidak lagi menolak. Aku menulis tanda tangan. Bukan dengan tinta hitam, tapi dengan cahaya bulan.

Karena takdir bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah cerita baru yang belum tertulis.

You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Alami Untuk

OlderNewest

Post a Comment