Cerpen Terbaru: Langit Yang Memeluk Semua Cerita

Langit Chang'an malam itu berhias bintang, serupa taburan kristal di atas beludru kelam. Namun, di mata Awan Jing, langit itu hanya sebuah tirai abu-abu, memantulkan kesedihan yang merajam jantungnya. Di bawah kerlip redup lampion istana, berdiri ia, Awan Jing, wanita yang pernah dijanjikan cinta abadi oleh pangeran Li Wei.

Dulu, di bawah pohon persik yang bermekaran, Li Wei bersumpah akan menjadikannya satu-satunya permaisuri. Janji itu diukir dalam senyum hangat dan tatapan yang begitu dalam, seolah mampu melihat menembus jiwa Awan Jing. Sekarang, senyum itu hanya tinggal kenangan, digantikan raut dingin yang menghiasi wajah Li Wei saat menikahi putri dari kerajaan Wei.

Awan Jing memejamkan mata. Aroma bunga persik seolah menyelinap dalam angin malam, menusuk perih luka yang belum mengering. Ia ingat bagaimana Li Wei, dengan tangan yang gemetar, menjelaskan kepadanya tentang kewajiban, tentang perdamaian, tentang takdir yang tidak mengizinkan mereka bersatu. Kata-kata itu bagaikan belati yang ditancapkan perlahan, menghilangkan harapan setitik demi setitik.

Malam itu, di tengah pesta pernikahan Li Wei dan putri Wei, Awan Jing menyelinap ke paviliun terpencil. Ia menemukan lukisan yang belum selesai, potret dirinya dan Li Wei di bawah pohon persik. Di kanvas itu, wajah Li Wei masih menyimpan senyum tulus yang dulu hanya untuknya. Air mata Awan Jing menetes, membasahi lukisan itu, meleburkan tinta dan kenangan menjadi satu kekacauan yang pedih.

Ia ingat ucapan Li Wei, "Awan Jing, cintaku padamu abadi, sekuat langit yang memeluk semua cerita." Kini, langit itu seolah menertawakannya, menjadi saksi bisu janji yang dilanggar dan hati yang hancur.

Beberapa tahun kemudian, Awan Jing mendapati dirinya menduduki posisi penting di istana. Ia belajar strategi, menguasai seni politik, dan menjadi penasihat yang dipercaya oleh Kaisar. Li Wei, yang kini menjadi Kaisar, seringkali meminta nasihatnya, tidak menyadari bahwa setiap kata yang diucapkan Awan Jing adalah benih yang ditanam untuk menuai badai.

Awan Jing tidak pernah melupakan rasa sakit malam itu. Ia tidak meneriakkan dendam, tidak merencanakan pembunuhan. Balas dendamnya lebih halus, lebih menyayat. Ia memanipulasi alur politik, menciptakan aliansi yang rapuh, dan mendorong Li Wei ke dalam perang yang tidak bisa dimenangkan. Ia menyaksikan, dari balik tirai istana, bagaimana kerajaan Li Wei perlahan runtuh, bagaimana senyum di wajah Kaisar digantikan kekhawatiran yang mendalam.

Pada akhirnya, Li Wei menemui Awan Jing di taman istana. Matanya redup, suaranya serak. "Awan Jing… mengapa?"

Awan Jing menatapnya tanpa emosi. "Dulu, kau bilang cintamu abadi, sekuat langit. Sekarang, lihatlah, langit memeluk semua cerita, termasuk cerita tentang keadilan yang terlambat."

Angin berhembus, menggugurkan kelopak bunga persik di sekitar mereka. Li Wei ambruk, tak mampu menanggung beban penyesalan. Awan Jing berbalik, meninggalkan Li Wei dan kerajaannya yang hancur.

Cinta itu abadi, tapi keadilan memiliki caranya sendiri untuk menuntut balas.

You Might Also Like: Alto Menthol Pod 6 Pack By Vuse Vuse

OlderNewest

Post a Comment